PRAGMATIK:
Analisis Wacana Kritis dalam Sinopsis
Novel “Negara Kelima” karya Es ito
Nurul Hikmah
0808899
ABSTRAK
Dalam
tuturan teks terdapat beberapa wacana yang tidak hanya dapat dipahami sebagai
studi bahasa, tetapi juga dipandang sebagai wujud praktik social yang berkaitan
dengan situasi. Wacana juga dapat dipahami sebagai
sebuah tindakan (actions) yaitu mengasosiasikan wacana sebagai bentuk
interaksi. Sesorang berbicara, menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi
dan berhubungan dengan orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai
sesuatu yang betujuan apakah untuk berdebat, mempengaruhi, membujuk, menyangga,
bereaksi dan sebagainya. Jika kita tidak kritis, tentu kita tidak akan pernah
tahu apa pesan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca. Makna suatu
pesan tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks,
namun harus dianalisis dari makna yang tersembunyi
Oleh karena itu, dengan menggunakan
konsep Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan oleh Van Dijk, saya mencoba
mengkaji sinopsis novel “Negara Kelima” karya Es Ito yang di dalamnya
mengandung motif dan relasi kekuasaan, serta motif ideologi yang bisa berdampak
luas.
Kata kunci: ideologi, wacana, teks, analisis wacana kritis
ABSTRACT
In
the narrative text there is some discourse that not only can be understood as the
study of language, but also viewed as a
form of social practices relating to the situation. Discourse can also be understood
as an action (actions) that associate the discourse as a form of interaction. Someone to speak, write, use
language to interact and relate with others. Discourse in this principle,
viewed as something that aims whether to debate, influence, persuade, protest, react, and so forth. If we are not critical, of course we'll never
know what message the author wants to convey to the reader. The meaning of a message
can not be simply interpreted as what is apparent in the text, but should be
analyzed from a hidden meaning
Therefore, by using
the concept of Critical Discourse Analysis,
developed by Van Dijk, I tried tore view the synopsis of the novel "Negara Kelima" by Es Ito which contains motives and power
relations, as well as ideological motives that could have broad impact.
Key word:
ideology, discourse, text, Critical Discourse Analysis
I.
PENDAHULUAN
Topik yang saya ambil
dalam penelitian ini yaitu mengenai teks sinopsis novel “Negara Kelima”
karya Es Ito dengan memakai konsep
analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh Teun Van Djik. Alasan saya
memilih konsep Van Dijk ini karena buah pikiran Van Dijk dinilai lebih jernih dalam merinci
struktur, komponen dan unsur-unsur wacana. Selain itu,
model analisis wacana kritis ini terkesan mendapat tempat tersendiri di
kalangan analis wacana kritis.
Adapun alasan saya
memilih kajian ini, karena bersinggungan dengan berbagai aspek sosial,
kebudayaan dan politik. Adapun aspek yang ingin saya kaji, yaitumengenai aspek ideology berdasarkan konteks dan
tindakan yang penulis maksudkan dalam teks ini.
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini, adalah
sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang
mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri
pada posisi penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga
bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di
ketahui.
Masalah penelitian yang akan dipecahkan mencakup:
1.
Apa makna
tuturan dalam konteks, teks dan situasi dalam sinopsis novel
“Negara Kelima” karya Es Ito?
2.
Bagaimana
aspek semantik yang ada dalam teks tersebut?
3. Apa ideologi
yang diangkat oleh penulis yang tersimpan di balik teks tersebut?
II.
LANDASAN
TEORI
Analisis Wacana
Kritis
Analisis wacana merupakan studi tentang
struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa (Sobur,
2001:48). Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat
dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat,
fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan
inheren yang disebut wacana (Littlejohn, 1996:84). Dalam Analisis Wacana Kritis
(Critical Dicourse Analisis / CDA), wacana tidak hanya dipahami sebagai studi
bahasa. Bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan saja, tetapi juga
menghubungkannya dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa dipakai untuk
tujuan dan praktik tertentu.
Analisa
wacana adalah sebuah alternatif dari analisis isi selain analisis isi
kuantitatif yang dominan dan banyak di pakai. Jika analisis isi ” kuantitatif”
lebih menekankan pada pertanyaan ”Apa” ( What ), analisis wacana lebih melihat
pada ”bagaimana” ( How) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis
wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat , metafora apapun
namanya suatu berita disampaikan. Menurut Eriyanto ( 2001 : 337-341 ) pertama,
dalam analisisnya analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan
analisis isi yang umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih menekankan
pemaknaan teks ketimbang panjumlahan unit kategori separti dalam analisis isi,
Dasar dari analisis wacana adalah Interpretatif yang mengandalkan interpretasi
dan penafsiran peneliti. Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya
dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (
nyata ), sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan
laten ( tersembunyi ) Makna suatu pesan dengan demikian tidak bisa hanya
ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus dianalisis
dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adalah muatan, nuansa,
dan makna yanglaten dalam teks.
Dari
segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai berikut
Syamsudin ( 192 :6) dalam Alex sobur ( 2006 : 49 ) :
1. Analisis wacana membahasa kaidah
memakai bahasa di dalam masyarakat.
2.
Analisis wacana merupakan usaha memahami makna
tuturan dalam konteks, teks dan situasi.
3.
Analisis
wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik.
4.
Analisis
wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa.
5.
Analisis wacana diarahkan kepada masyarakat
memakai bahasa secara fungsional.
III.
METODOLOGI
Dalam pengumpulan data, hal yang saya lakukan adalah mencari wacana
yang tepat untuk dijadikan objek analisis dengan menggunakan konsep analisis
wacana kritis. Kemudian mengumpulkan bahan bacaan yang berhubungan dan
mendukung mengenai objek yang akan dianalisis. Data yang sudah terkumpul
kemudian disususn dan diolah.
Berdasarkan metodologi
yang saya gunakan, maka dalam proses
analisisnya, langkah pertama menganalisis tiga elemen yang menurut Van
Dijk masing-masing bagian saling mendukung, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Keseluruhan
teks dapat dianalisa dengan menggunakan elemen-elemen tersebut. Hal ini
diperlukan untuk memberi penjelasan bagaimana wacana di kembangkan dan bisa
mempengaruhi khalayak. Langkah kedua, saya akan menganalisis
karakteristik penting analisis wacana kritis, yang mencakup aspek ideologi yang
diusung penulis pada wacana ini.
Setelah menganalisis keseluruhan
komponen struktural wacana, maka dapat diungkap kognisi sosial yang dimaksud
oleh pembuat wacana, yang kemudian saya jadikan sebagi sebuah kesimpulan selain
itu juga kesimpulan di dapat dari hasil analisis secara keseluruhan.
IV.
ISI
A. Deskripsi
Data
Raganya Indonesia
Tetapi
jiwanya tidak lagi Nusantara
Satu kelompok berkuasa
Sisanya
pengaya saja
Sebagian
kecil kelompok kaya
Sisanya
menanggung derita
Bubarkan Indonesia
Bebaskan
Nusantara
Bentuk Negara kelima
B. Analisis
Data
Berdasarkan tiga elemen wacana Van
Djik
1. Struktur
Makro (Tema)
Temanya
adalah bentuk kekecewaan terhadap keadaan negaranya.
2. Superstruktur
(Tematik/ kerangka susunan)
a. Pendahuluan
Dalam sinopsis
tersebut, diawali dengan kutipan kalimat Raganya
Indonesia ,Tetapi jiwanya tidak lagi Nusantara, hal ini menjelaskan kekecawaan
dan ketidakpuasan terhadap keadaan
negaranya yang dirasakan sudah berubah, tidak lagi sama seperti sebelumnya.
Seperti pada kutipan berikut.
b. Isi
Penekanan
kekesalan yang penulis ungkapkan dalam bentuk sindiran terhadap para penguasa
negaranya dan kelompok kaya yang tidak peduli dengan nasib rakyat yang semakin
menderita. Terdapat pada kutipan kalimat berikut:
Satu kelompok berkuasa
Sisanya pengaya saja
Sebagian kecil
kelompok kaya
Sisanya menanggung derita
c. Penutup
Dalam
wacana ini diakhiri dengan suatu keputusan akhir yang penulis maknai sebagai
bentuk pemberontakan terhadap pemerintahnya. Terdapat pada kalimat akhir,
yaitu:
Bubarkan Indonesia
Bebaskan Nusantara
Bentuk
Negara kelima
3. Struktur
Mikro
Struktur
mikro yang menunjuk pada makna setempat (local meaning) suatu wacana dapat
digali dari aspek semantik, sintaksis, stilistika, dan retorika.
a. Struktur Mikro Semantik (tanda atau
makna eksplisit/implisit)
Menonjolkan suatu maksud yang sifatnya provokatif.
b. Struktur
Mikro Sintaksis (bagaimana pendapat di sampaikan)
Pendapat tema disampaikan dengan
menggunakan kalimat tidak langsung berupa kalimat sindiran yang dialamatkan
kepada para penguasa, amarah serta kalimat pemberontakan pada akhir tulisan.
c. Struktur
Mikro Stilistik (pilihan kata yang dipakai)
Kata-kata yang digunakan lebih
dominan menggunakan kata-kata pemerintahan, kata-kata penderitaan, dan
kata-kata yang bersifat seruan.
d. Struktur
Mikro Retorika
Aspek retorika
suatu wacana menunjuk pada siasat dan cara yang digunakan oleh pelaku wacana
untuk memberikan penekanan pada unsur-unsur yang ingin ditonjolkan.
Dalam sinopsis
novel di atas ada bebera siasat dan cara yang digunakan, diantaranya:
-
Penggunaan gaya bahasa. Seperti gaya
bahasa yang bermakna denotatif
-
Menonjolkan kekecewaan serta kemarahan
yang ditujukan pada para petinggi negaranya,
-
Menonjolkan tujuan yang bersifat
provokatif.
Berdasarkan hasil analisis ketiga elemen
di atas, maka dengan mudah kita bisa meneliti Karakteristik Analisis wacana
Kritis yang terdapat dalam sinopsis novel “Negara Kelima” karya Es Ito, yaitu:
Ideologi
Ideologi yag dianut oleh Es Ito
berasaskan Pancasila. Hal ini terlihat pada kalimat yang dia maknai sebagi
suatu penolakan terhadap sikap penguasa yang bertolak belakang dengan
Pancasila.
Pada wacana ini juga, penulis
menampilkan efek ideologis yang
mengakibatkan hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial,
kelompok mayoritas dan minoritas.
Tindakan
Wacana juga dapat dipahami sebagai tindakan
(actions) yaitu mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang
berbicara, menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang lain. Wacana yang terdapat dalam sinopsis novel “Negara Kelima”
karya Es Ito ini, merupakan wacana yang dipandang sebagai sesuatu yang
bertujuan mempengaruhi pembaca. Selain itu wacana ini juga dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar oleh penulis.
Konteks
Dengan melihat kondisi Negara kita
yang dirasa semakin terpuruk, maka melalui media tulisan, Es Ito mencoba mengkomunikasikan kekecewaan, amarah
dan pemberontakan yang ditujukan kepada
para penguasa bangsa ini.
Kekuasaan
Wacana pada sinopsis novel “Negara Kelima” karya Es
Ito ini, berorientasi pada suatu maksud yang condong dengan kekuasaan, dan
ketidakadilan.
Pada wacana
yang berbentuk teks ini, kita dapat mengetahui adanya pertarungan kekuasaan, antara kelas sosial, kelompok
mayoritas dan minoritas.
V.
KESIMPULAN
DAN IMPLIKASI BAGI PEMBELAJARAN BAHASA
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan ini adalah, bahwa analisis wacana kritis tidak hanya memfokuskan
pada struktur wacana secara kebahasaan saja tetapi juga menyambungkannya dengan
konteks dan melihat secara historis, yang akan membantu untuk menemukan
ideologi pada suatu wacana.
Selain itu, hasil analisis di atas menjelaskan, bagaimana satu pihak,
kelompok, orang, gagasan,dan peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam
wacana yang berbentuk teks dan dapat mempengaruhi interpretasi pembaca.
B. Implikasi
Bagi Pembelajaran Bahasa
Kajian ini diharapkan dapat
memperkaya ilmu bahasa, khususnya dalam analisis pragmatik wacana , selain itu
agar kita dapat kritis dalam mencermati makna pragmatik sebuah wacana dalam
bentuk teks.
PUSTAKA ACUAN
Yule,
George. 1996. Pragmatics. Oxford
University Press: New York
van
Dijk, Teun A. 2000. “Critical Discourse Analisis”. Diambil dari situs http: www. Hum.uva.nl/teun
Saifullah, Aceng Ruchendi.2002.Laporan Jurnal Pragmatic Dari Morris
Sampai Van Dijk Dan Perkembangannya Di Indonesia.artikulasi, vol.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar