EMPAT
Waktu
luang di hari minggu inii kugunakan untuk membenahi kamar kontrakanku yang
luasnya hanya 3x3 meter persegi. Pertama-tama kubongkar kardus-kardus yang
berisi tumpukan buku di sudut ruangan. Namun sebelum pekerjaan itu usai,
pandanganku terhenti pada sebuah diary using. Perlahan kubuka lembar demi
lembar diary itu. Dan ku lihat tulisan besar pada halaman pertama.
Nama : Zahratus
Syita (sita)
Kelas : II A
Tulisan
yang tidak terlalu rapi, namun cukup mengiris hati. Menambah kegundahan dan
rasa bersalahku.
Zahratus Syita yang berarti bunga di musim dingin itu, kini telah mati oleh rasa benci dan kesepian. Yang ada sekarang adalah Erliana Safira. Calon sarjana sebuah universitas negeri ternama di Bandung, yang membuka jalan hidupnya dengan bekerja paruh waktu di sebuah restaurant dan mengenyam pendidikan lewat beasiswa.
Zahratus Syita yang berarti bunga di musim dingin itu, kini telah mati oleh rasa benci dan kesepian. Yang ada sekarang adalah Erliana Safira. Calon sarjana sebuah universitas negeri ternama di Bandung, yang membuka jalan hidupnya dengan bekerja paruh waktu di sebuah restaurant dan mengenyam pendidikan lewat beasiswa.
Ada
rasa bangga terselip di lubuk hatiku. Namun seiring dengan itu, kebanggan itu
terasa tak ada artinya tanpa adanya orang-orang yang kita sayangi di samping
kita.
Acara
bongkar kamar hari ini cukup sampai di sini.
Aku sudah tak punya hasrat lagi untuk meneruskannya. Kurebahkan badanku
di atas tempat tidur yang masih penuh dengan tumpukan buku yang berserakan.
Pikiranku melayang jauh, menembus langit-langit kamar, dan entah ada dimana.
Pikiranku seperti menemui sosok nun jauh di sana. Sosok ibu yang genap empat
tahun ini aku benci sekaligus aku rindukan. Andai ibu ada di sini. Bagaimana
kabarnya? Apa yang sedang dia lakukan? Apa selama ini dia berusaha mencariku?
Tiba-tiba pertanyaan itu terus berkecaamuk di hatiku. Aku benar-benar
merindukaan sosok itu. Apa dia merindukanku, layaknya aku yang selalu
merindukannya. Ah tidak mungkin… sudahlah lupakan saja. Sisi lain dari hatiku,
menentang semua pertanyaan itu. Aku harus menjadi pribadi yang kuat dan mandiri
tanpa kehadirannya. Aku masih memiliki cinta ayah di hatiku. Cinta yang selama
ini membuat aku bertahan sampai detik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar